Pengungsi Rohingya Terus Meningkat, UNHCR Memperingatkan Kemungkinan Peningkatan Pada Bulan Desember

RedaksiBali.com – Komisariat Tinggi PBB urusan Pengungsi (UNHCR) memperingatkan lebih banyak lagi pengungsi Rohingya yang mendarat pada bulan Desember ini. Hal itu diungkapkan oleh juru bicara UNHCR, Babar Baloch dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Voice of America (VOA). Ia mengatakan, Desember menjadi musim berlayar tahunan, sehingga perairan di Laut Andaman relatif tenang. Hal inilah yang kemungkinan akan dilakukan oleh pengungsi Rohingya di Bangladesh untuk melakukan pelayaran ke Indonesia atau Malaysia.

Dikatakannya, jumlah pengungsi Rohingya yang tiba tahun ini bisa, atau kemungkinan besar, akan terus meningkat. “Kami tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada bulan Desember, tapi jika kita melihat tahun lalu, 2022, tiga bulan terakhir adalah tersibuk,” kata Babar Baloch.

Laporan VOA menyebutkan bahwa, para pengungsi yang terdampar di Aceh baru-baru ini umumnya mereka yang kabur dari kamp pengungsi di Bangladesh. Jumlah pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Bangladesh pada tahun ini jumlahnya tertinggi dan telah melampau dari jumlah tahun 2022.

UNHCR dalam sebuah pernyataannya mengatakan bahwa kapal Rohingya yang baru terdampar di Kota Sabang, Aceh pada Sabtu (5/12/2023) dini hari membawa sekitar 150 orang Rohingya. “Hal ini menjadikan jumlah total warga Rohingya yang melarikan diri melintasi Laut Andaman dengan perahu menjadi 3.722 orang sepanjang tahun ini, menurut UNHCR,” laporan VOA, dikutip Serambinews.com, Selasa (5/12/2023).

baca juga :

Dalam pernyataannya, UNHCR mengatakan pihaknya juga menerima beberapa laporan mengenai dua kapal lagi yang masih dalam pelayaran, dengan total penumpang sekitar 400 orang. Mereka masih terkatung-katung di Laut Andaman dengan kondisi kapal mengalami kerusakan mesin. “UNHCR menghitung ada 3.705 orang Rohingya yang melakukan perjalanan laut sepanjang tahun 2022, yang merupakan jumlah terbanyak sejak tahun 2015,” laporan media itu.

Situasi pengungsi Rohingya semakin memprihatinkan. Mereka menghadapi kekerasan, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar, negara asal mereka. Banyak dari mereka yang memilih melarikan diri dengan berlayar menggunakan perahu ke negara-negara tetangga seperti Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia.

UNHCR dan organisasi kemanusiaan lainnya berupaya memberikan bantuan dan perlindungan kepada para pengungsi Rohingya. Namun, tantangan yang dihadapi sangat besar. Keterbatasan sumber daya dan infrastruktur menjadi kendala dalam memberikan bantuan yang memadai kepada mereka.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam menangani masalah pengungsi Rohingya. Mereka memberikan bantuan kemanusiaan, seperti makanan, air bersih, dan tempat berlindung kepada pengungsi yang terdampar di Aceh. Namun, upaya ini tidak dapat dilakukan sendiri. Diperlukan kerjasama internasional untuk menangani krisis ini secara efektif.

Keberlanjutan konflik di Myanmar dan situasi yang memburuk bagi etnis Rohingya menuntut tanggapan yang lebih luas dan berkelanjutan dari komunitas internasional. Selain memberikan bantuan kemanusiaan, diperlukan upaya diplomasi dan tekanan politik terhadap pemerintah Myanmar untuk menghentikan kekerasan dan melindungi hak-hak etnis Rohingya.

Selain itu, penting juga untuk merangkul solusi jangka panjang yang melibatkan pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah-wilayah yang terdampak konflik. Dengan memberikan akses pendidikan, pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya, diharapkan pengungsi Rohingya dapat membangun kehidupan yang lebih baik dan tidak terpaksa lagi melarikan diri dari negara mereka.

Krisis pengungsi Rohingya membutuhkan perhatian dan tindakan bersama dari seluruh dunia. Masyarakat internasional harus bersatu dalam menyelesaikan masalah ini dan menjaga martabat dan hak asasi manusia setiap individu, termasuk pengungsi Rohingya.

Tag: , ,